Ada yang menggelitik, saat salah seorang karyawan mengeluh
"Bu, karena wajah saya muncul di infotaiment saat Radja Ketjil diliput, perusahaan tempat bekerja saya dulu mulai kembali meneror saya"
Karyawan seperti apa yang berbicara seperti itu?
Dia baik, rajin, dapat mengatur pekerjaan dengan efektif, menyambut tamu dengan ramah.
Apakah dia memiliki kesalahan dahulu?
Salahnya adalah menandatangani kontrak kerja yang tidak seimbang.
Mengapa tidak seimbang? Karena terlalu besar pertaruhan yang diberikan dibandingkan dengan benefit yang didapatkan.
Seorang kapten di store ataupun seorang store manager, dapat ditebak berapa pendapatan bulanannya. Jika mereka telah sekali memasuki industri restorasi, maka selanjutnya hidup ke depan akan digantungkan pada industri yang sama. Siapakah mereka ?
Dapat seorang fresh graduate, kutu loncat, kepala keluarga dll
Jika seorang fresh graduate, dia akan mengasah kemampuannya di lapangan pekerjaan yang dia masuki. Seorang fresh graduate umumnya dikatakan seorang "desperate job seeker" karena dia akan sangat berharap untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya.
Sama halnya dengan seorang kepala rumah tangga yang harus segera menghidupi keluarga dengan keahliannya sebagai seorang karyawan.
Resikonya adalah akan membutakan apapun persyaratan yang diajukan oleh perusahaan yang akan dimasukinya.
ada salah satu point yang sekarang menjadi permasalah besar dan menjerat masa depan mereka, jika masuk ke lubang persyaratan :
"jika keluar dari perusahaan, untuk tenggang waktu tertentu, dilarang masuk ke perusahaan dalam industri yang sama"
Dari sisi perusahaan, dapat dimengerti. Adanya upaya untuk menahan turn over karyawan. Bajak membajak dalam sebuah industri adalah hal lumrah.
Atau adanya juga ketakutan akan terbukanya "rahasia perusahaan", resep perusahaan.
Tapi apakah memang sebanding apa yang ditandatangani pada kertas berjudul Kontrak Kerja Karyawan?
Bagaimana jika perusahaan juga tiba-tiba dalam satu posisi yang harus merumahkan karyawan?
Pasti sudah ada perjanjiannya juga, yang tentunya sudah dipikirkan dengan baik oleh tim perusahaan sehingga tetap menguntungkan perusahaan.
Kalau seorang karyawan, apakah akan sejauh itu berpikir? akankah sekritis itu?
apalagi dalam kondisi terdesak untuk dapat bekerja atau tergiur dengan jumlah uang yang ditawarkan.
Ini yang menjadi dasar ketidak seimbangan. Dan menjadi berlebihan.
Ketika akhirnya seseorang sampai harus melarikan diri untuk tetap bekerja sesuai keahlian yang telah dirintisnya. Menjadi lucu, pada saat seseorang diteror dan harus lari bekerja di London atau di luar jawa untuk menghindari kejaran perusahaan yang telah menerapkan pasal tak imbang tersebut dalam kontrak kerjanya.
Kehidupan, bisnis, dan rejeki memang seringkali kejam
untuk itu diperlukan sikap kritis sebelum menjalani atau terikat pada sesuatu hal.
Bagaimana dengan teror yang sekarang dihadapi oleh karyawan yang berprestasi baik ini?
yang ujungnya dengan penawaran untuk kembali bekerja lagi di perusahaan lama?
Sebagai seorang pekerja pada perusahaan yang sudah establish dan pemilik suatu usaha, saya hanya dapat merenung. Jikapun ada sesuatu yang berlebihan dengan upaya ini, sudah sewajarnya perusahaan membantu. Karena karyawan adalah asset. Dan kekeluargaan yang sudah dibina ini, tidak boleh dirusak dengan ketidaknyamanan yang membuat karyawan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.
Tetap semangat. Tuhan pasti memberikan jalan.
Minggu, 20 Januari 2008
RADJA KETJIL - the meeting point
Langganan:
Postingan (Atom)